ini kotbah anak amatitr
âTelah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).â (QS. Ar Ruum 41).
âTak ingin kalah dengan Kota Bandungâ¦.â Begitu tulis harian
Radar Bogor (9/02/2013) dalam uraiannya, seperti headline yang fotonya
tercantum di view. Wow, kayaknya saya harus salto, makan bakso, sambil
bilang⦠pucuk.. pucuk.. pucuk. Kalo ulasannya begitu, berarti
kira-kira kapan kota lain menyusul? Hadeww..
Masih ingat dengan istilah Ayam Kampus, Ayam Abu-Abu? Tahu nggak
kenapa istilah itu masih aktual sampe sekarang? Yup, karena memang
profesi ini masih digemari sampai sekarang. Gimana sebenarnya virginitas
versi anak-anak ABG yang rela jadi ayam-ayaman?
Umumnya mereka cuek soal itu, karena memang ada sebab, kenapa mereka
akhirnya menerjuni âdunia ayamâ itu. Bisa jadi karena dia korban
dari salah sekian korban remaja putri yang kena kibul pacarnya. Cowoknya
telah merenggut keperawanannya, tanpa pernah mau bertanggung jawab.
Baginya masa depan telah berakhir bersamaan dengan kegadisannya yang
telah terenggut. Maka sisa hidupnya, dia habiskan hanya mencari
kesenangan dengan menjadi wanita panggilan.
Bisa juga karena kondisi keluarga mereka kurang harmonis. Si ayah
karena ngerasa dia kepala rumah tangga maka menyerahkan urusan rumah
kepada isterinya. Sementara si ibu ternyata juga wanita karier, yang
nggak mau di bikin susah kalo harus terus di rumah ngurusin anak. Maka
akhirnya, anak hanya diurusi oleh pembantu. Sebagai sikap âprotesâ
si anak kemudian mencari pelampiasan kasih sayang di luar rumah. Tapi
sayangnya, sikap itu keterusan dengan mencari kesenangan tanpa batas.
Pada kelompok ini, biasanya mereka menjadi ayam bukan karena pengin
duit, tapi hanya having fun aja.
Makanya kenapa kita sebut fried chicken, karena emang fried chicken
merupakan salah satu menu ayam yang agak âberkelasâ dibanding menu
ayam yang lain. Kalo âayamâ biasa, mereka menjadi âayamâ karena
emang tuntutan ekonomi, biasanya kemiskinan yang jadi alasan.
Arti Sebuah Keperawanan
Sebelum kita ngobrol panjang lebar tentang virginitas, kita perlu
sepakati dulu kalo tolok ukur alias standar yang kita gunakan sebagai
paramater virginitas adalah aqidah Islam. Kenapa harus Islam? Pertama,
karena itu adalah aqidah dan agama kita. Kedua, Islam itu nggak cuman
ngobrol masalah ibadah ritual doang, tapi masalah keduniawian termasuk
diantaranya virginitas juga dibahas. Ok sepakat?
Kalo sudah sepakat mari kita mulai membahasnya. Sebagian orang boleh
aja berkomentar kalo keperawanan itu nggak penting. Tapi bagi seorang
muslimah itu penting banget, karena masalah ini terkait dengan
hukum-hukum yang lain. Tuh, keliatan banget kalo islam itu paripurna.
Sehingga suatu perbuatan, berhubungan erat dengan kualitas perbuatan
lain.
Pertama, perawan atau nggak, bisa jadi pertanda seorang muslimah itu
bisa jaga diri, jaga kehormatan atau nggak, sebagaimana perintah Allah:
âKatakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan
perhiasannyaâ¦..dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.â (QS.
An-Nuur 31).
Nah bagi mereka yang menganggap perawan nggak penting, makanya mereka
juga nggak punya rasa malu, akhirnya memilih untuk jadi fried chicken
alias ayam-ayaman. Sehingga profesi ini mereka jalani layaknya mereka
bekerja, kalo harus hilang keperawanannya menurut mereka itu konsekwensi
dari pekerjaan. Karena urusannya dengan kerja, maka harus profesional,
dan ukuran profesional itu biasanya adalah duit.
Kedua, keperawanan juga penting kalo dikaitkan dengan soal
perkawinan. Seorang muslimah yang masih perawan (belum nikah) tentu
berbeda perlakuannya dengan yang janda (sudah menikah). Misalnya, ketika
masa khitbah Rasulullah menyampaikan haditsnya
âHai Jabir, engkau kawin dengan perawan ataukah dengan janda?â
Jabir menjawab, âSaya menikah dengan jandaâ. Rasulullah Saw
bersabda, âAlangkah baiknya jika engkau mengawini perawan, engkau
dapat menjadi hiburannya dan dia pun menjadi hiburan bagimuâ (HR.
Jamaah)
âSeorang janda tidaklah dinikahkah sehingga dimintai pendapatnya.
Tidak pula seorang gadis dinikahkan kecuali dimintai izinnya dan izin
darinya berupa sikap diamnyaâ (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)
Ketiga, terkait dengan hukum haram menikahi wanita pezina sampai dia
mau bertobat dan sudah selesai masa iddahnya. âWanita yang berzina
tidak boleh dinikahi oleh laki-laki yang berzina dan laki-laki musyrik.
Yang demikian diharamkan atas orang-orang yang berimanâ (QS. An Nur 3)
Intinya, virginitas adalah hal penting yang nggak bisa dianggap
sepele. Menganggapnya enteng, sama halnya menganggap diri kita nggak
punya harga diri. Kalo orang sudah nggak punya harga diri, maka apapun
ditabraknya, termasuk hukum syariat Islam.
Sobatku, apa yang dilakukan teman-teman kita dengan menjadi ayam
kampus, ayam abu-abu atau bahkan ayam biru (anak SMP) sebagai sebuah
gambaran betapa amburadulnya pergaulan remaja kita saat ini. Kalo dulu
menurut cerita orang-orang tua kita, saat mereka masih muda, jalan
berdua antar lawan jenis aja para tetangga udah ributnya minta maaf.
Beda dengan sekarang. Ada anak gadis kita atau tetangga kita,
diboyong ngalor-ngidul sama anak cowok, kita cuek aja. Bahkan kalo udah
ketahuan halimâ¦eh maksudnya hamil, tetangga pun kayaknya masih cuek
dan memaklumi. Mereka pikir, âasal bukan anak sayaâ, nggak masalah
buat mereka.
Begitulah masyarakat kita sekarang ini memandang kehormatan dan
kesucian bukanlah sesuatu yang perlu dipertahankan. Kalo emang kejadian
âkecelakaanâ ya, nikahin aja, apa repotnya sih, khan udah dikasih
contoh oleh para seleb kita, yang sering kita saksikan di teve. Persis
kayak dalam pelajaran bahasa Indonesia; âbuatlah seperti contoh!â
Wasyah!
Ya, kaum seleb makin gila aja tingkah lakunya. Mulai dari hamil
diluar nikah, kumpul kebo, sampe berani tampil seronok dengan pakaian
yang serba press body, atau yang memperlihatkan (maaf) belahan dadanya.
Padahal kita tahu mereka perempuan, yang memang harus lebih menjaga
kehormatan dan kesuciannya. Tapi apa yang mereka lakukan, malah justru
menjual murah kehormatan dan kesuciannya.
Biar Keperawanan Tetap Utuh
Buat teman-teman kita yang udah terlanjur jadi ayam kampus, ayam
abu-abu, ayam biru atau kupu-kupu malam, kita perlu ingatkan bahwa
mereka telah berbuat zina. Ok, kalo mereka tetap cuek terhadap
kehormatan atau kesucian, tapi coba terus kita sampaikan bahwa mereka
telah berzina. Selain maksiat binti dosa, zina membawa dampak buruk yang
luar biasa. Gimana nggak? Lha wong zina itu menjadi penghantar
tertularnya penyakit seksual macam gonorhoe, sipilis, bahkan AIDS. Nggak
hanya itu, zina juga berpotensi merusak tatanan kehidupan rumah tangga.
Gara-gara zina juga, Allah bisa murka kepada kita, sebagaimana sabda
Nabi Saw : âApabila telah nampak perzinahan dan riba di suatu negeri,
maka penduduk negeri itu telah menghalalkan diri mereka sendiri untuk
mendapatkan azab Allahâ (HR. Thabrani dan Al Hakim)
Mungkin ada yang masih bandel membela begini â..tapi pelacuran
bermanfaat, khan bisa menghasilkan pajakâ. Non, mau ada manfaat atau
kagak, yang namanya barang buruk bin haram, ya tetap nggak boleh. Jangan
salah menilai, mentang-mentang bisa mendatangkan manfaat, lalu
pelacuran ok saja, prostitusi jalan terus. Nggak seperti itu.
Sebab yang jadi fokus pembahasan kita adalah zina itu haram,
sebagaimana Firman Allah: âDan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang burukâ (QS. Al Israaâ : 32).
Nah kawan-kawan, âmendekati zinaâ aja dilarang, apalagi melakukan
perzinahan. Tidak kompromi! Mau karena duit kek, pengen seneng-seneng
kek, apapun lah. Diungkapkan dalam Al Quran bahwa zina adalah perbuatan
yang keji dan jalan yang buruk, merupakan peringatan dan penjelasan
bahwa perbuatan tersebut adalah haram.
Wujud dari keharaman zina itu dipertegas dengan sangsi bagi pelaku zina, sebagaimana dalam Al Quran disebutkan :
âPerempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka cambuklah
tiap seorang dari keduanya seratus kali cambukan, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir; dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang
yang berimanâ (QS. An Nuur : 2).
Wah, kejam amat ya ! Kalo kamu berpikir bahwa hukuman itu kejam, maka
lebih kejam mana dengan membiarkan zina tetap legal sehingga
mengakibatkan kerusakan tatanan kehidupan dan menimbulkan berbagai
penyakit? Nah loe !
Makanya, standar kejam atau nggak, bukanlah standar kebenaran. Bahkan
di ayat tadi (An Nuur 2) disebutkan âjanganlah belas kasihan mencegah
kamu menjalankan hukum Allahâ, itu artinya memang standarnya bukan
perasaan, apalagi HAM.
Gals, sebagian besar orang sekarang (termasuk kaum muslim) sudah
tertipu dengan ide HAM dan demokrasi. Bahkan dibela-belain mereka lebih
memilih HAM daripada syariat Islam yang jelas-jelas datangnya dari Allah
SWT sebagai Sang Khalik kita. Sementara standar HAM itu relatif, nisbi
dan bisa jadi subyektif. Yang menurutnya bisa menguntungkan mereka, maka
dikatakan itu melanggar HAM. Seperti halnya ketika Islam melarang zina,
pelacuran dan prostitusi. Maka rame-rame para pembela HAM itu
mengatakan Islam itu kejam, diskriminatif.
âKalo islam melarang zina, pelacuran, lalu siapa yang memberi makan
mereka dan anak-anak merekaâ itu biasanya alasan umum mereka. Dan
sebagian masyarakat tertipu dengan pembelaan mereka itu, sehingga yang
sebelumnya sudah berprofesi pelacur akan tambah mantab, sedang
masyarakat yang lain membela.
Kita perlu sampaikan disini untuk menjawab alasan di atas ada dua sisi
yang harus dipahami. Pertama, soal rizki itu sudah merupakan ketetapan
Allah, sehingga nggak perlu kita risau, nggak bisa makan. Sebab memang
datangnya rizki itu hanyalah Allah. Yang bisa kita usahakan sebagai
mahluk-Nya adalah mencari âsesuatuâ yang bisa mendatangkan rizki
Allah, salah satunya bekerja. Tapi ingat, bekerja itu pun bukan sebab
datangnya rizki, sekali lagi bekerja itu adalah âperantaraâ
datangnya rizki. Sebab bisa jadi ortu kamu bekerja siang-malam, tetapi
begitu dapat gaji, ternyata adik kamu sakit keras yang butuh biaya
banyak, sehingga gaji bokap kamu, âterpaksaâ buat ongkos berobat.
Padahal kamu berpikir mungkin dengan uang gaji bokap, kamu bisa beli ini
dan itu, tapi ternyata uang hasil kerja itu hanya âmampir lewatâ
aja, selanjutnya diberikan kepada pihak rumah sakit, tempat adik kita
sakit tadi. Sehingga kalo para pelacur itu nggak berprofesi lagi, bukan
berarti mereka nggak bisa makan. Karena yang menjamin rizki adalah
Allah. Mereka bisa bekerja di tempat yang lain yang halal.
Kedua, ketika Islam melarang pelacuran atau prostitusi, bukan berarti
Islam cuek terhadap dampak setelahnya. Perlu diingat bahwa para pelacur
itu bagian dari masyarakat, sedangkan masyarakat itu bagian dari sistem
negara ini. Maka adalah tanggung jawab negara, ketika para pelacur itu
di razia dan ditangkapi. Negara harus memberikan wejangan kepada para
pelacur itu agar tidak kembali menjalani profesi itu. Trus, negara juga
harus menyediakan âfasilitasâ, misalnya lapangan kerja buat mereka.
Dan yang nggak kalah pentingnya, negara juga harus membuntu segala celah
yang bisa membuat kaum wanita tergiur menjadi pelacur, diantaranya
budaya permisiv alias kebebasan.
Bicara budaya permisiv, ini sudah jadi pembicaraan umum. Dan sudah
ketahuan juga dampak dari budaya permisiv itu jelas-jelas membuat para
remaja merasa dapat angin segar untuk ngelakuin apa aja
sebebas-bebasnya. Prinsipnya kayak syair sebuah lagu âyang penting
hepyâ. Ya, yang penting mereka senang, urusan moral, agama apalagi,
itu nggak masuk hitungan. Itulah ciri masyarakat secular. Puihh, payah
nian.
Dan ini sedikit faktanya
Dan bukti dari kerusakan akibat pacaran itu nampak di depan mata kita.
Akibat pertama yang kita bisa lihat dengan jelas adalah perilaku seks
bebas. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2009 pernah merilis
perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta
Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya hasil yang didapat sebanyak 35,9%
remaja punya teman yang sudah pernah berhubungan seksual sebelum
menikah.
Seks pranikah juga dilakukan remaja di sejumlah wilayah lain di
Indonesia. Di Surabaya, misalnya, tercatat 54 persen. Sementara di
Bandung 47 persen serta 52 persen di Medan. “Hasil penelitian di
Yogyakarta dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalamai kehamilan
sebelum menikah”
Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010
menunjukkan, 51 persen remaja di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi
atau Jabodetabek telah berhubungan seks pranikah. “Artinya dari 100
remaja, 51 sudah tidak perawan,” kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief usai
memberikan sambutan pada acara grand final Kontes Rap memperingati Hari
AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Ahad (28/11/2012)
Setelah berani melakukan seks bebas, maka resiko dari akibat seks
bebas adalah hilangnya virginitas. BKKBN memiliki data di tahun 2010, 54
persen remaja di Surabaya, Jawa Timur sudah kehilangan kegadisan. Pun
demikian juga di kota-kota lain, seperti di Medan 2 persen remaja
putrinya kehilangan kegadisan dan di Bandung angkanya mencapai 47
persen.
âHasil penelitian di Jogja, dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen
mengalami kehamilan sebelum menikah,â jelas Sugiri Syarief, Kepala
BKKBN usai acara Grand Final Kontes Rap memperingati Hari AIDS sedunia
di lapangan parkir IRTI Monas.
Apakah berhenti di situ? Tidak, setelah hilangnya keperawanan, maka
akibat berikutnya, ada 2 kemungkinan, bisa terjadi aborsi bagi yang
tidak menginginkan jabang bayi, atau si wanita menjual diri alias jadi
wanita tuna susila, jika akhirnya si pacar nggak mau bertanggungjawab.
Bagaimana data kedua keburukan tersebut?
Data BKKBN mengenai estimasi aborsi di Indonesia per tahun mencapai 2,4
juta jiwa, sebanyak 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja.
“Dari 2,5 jutaan pelaku aborsi tersebut, 1 – 1,5 juta di antaranya
adalah remaja. Remaja sudah bisa aktif secara seksual, namun sulit
memperoleh alat kontrasepsi. Akibatnya terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan,” kata Sudibyo Alimoesa, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN saat dihubungi detikHealth, Rabu
(30/5/2012)
Sementara data pekerja seks komersil di Indonesia, data Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2008-2009,
menyebutkan dari 40 ribu sampai 70 ribu pekerja seks komersial (PSK) di
Indonesia, sekitar 30 persen dilakoni anak-anak di bawah umur yakni
berusia di bawah 18 tahun.
Nah, begitu sudah mengenal dunia prostitusi, maka kerusakan
berikutnya yang harus kita tanggung bersama adalah menyebarnya penyakiat
AIDS. Sebab penyakit ini bisa menyebar salah satunya dengan hubungan
seks oleh penderita AIDS. Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang
dilaporkan pada 1 Januari-30 Juni 2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV
dan 2.224 kasus AIDS, dengan 45 persen di antaranya diidap oleh kaum
muda.
Sedangkan data Kementerian Menteri Kesehatan akhir Juni 2010
mencatat, terdapat 21.770 kasus AIDS serta 47.157 kasus HIV positif
dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun, yakni 48,1 persen dan usia
30-39 tahun 30,9 persen. Selain itu, kasus penularan terbanyak adalah
heteroseksual 49,3 persen, homoseksual 3,3 persen, dan IDU 40,4 persen.
Lalu, apakah kerusakannya hanya berhenti di situ? Jawabannya TIDAK.
Akibat berikutnya yang paling dekat, setelah kasus-kasu di atas adalah
kasus bunuh diri. Bisa jadi karena malu harus menanggung seorang diri
kehamilan sementara sang pacar pergi tanpa pesan. Dia mau enaknya, nggak
mau anaknya. Atau nekad bunuh diri, karena suaminya selingkuh dan
sering jajan ke prostitusi. Atau bunuh diri karena putus asa dengan
penyakit AIDS yang dideritanya.
Nah, ini nggak bisa dibiarkan berlanjut, kalo kita emang masih care
dengan kondisi pergaulan remaja kita. Harus ada upaya yang serius,
simultan dan sinergi bergandengan tangan menumpas abis budaya permisiv
yang sekularistik. Caranya? Dengan menjalin kerjasama di semua komponen.
Mulai dari individu di keluarga dengan menanamkan aqidah Islam yang
shahih, ketakwaan yang tiada tanding bagi anggota keluarga. Masyarakat
juga yang ketat dalam mengontrol aktivitas warganya, menstadarisasi
setiap kejadian yang ada di sekitarnya dengan aqidah dan syariat Islam.
Serta peranan negara dalam penerapan aturan yang solutif dan sanksi yang
tegas.
Tiga kekuatan ini kalo digabungkan menjadi kekuatan dahsyat yang bisa
mencegah kerusakan lebih jauh dalam rangka melindungi kehormatan
manusia.
Mari kita renungkan firman Allah Swt.: “…Jika kamu (hai kaum
muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”
(QS Al-Anfaal 73).
Gals, sekularisme emang bikin sengsara umat manusia. Jadi, mari
mengembalikan kesucian dan kehormatan umat manusia dengan menggusur
ideologi kapitalisme-sekularisme dari kehidupan kita. Selanjutnya,
terapkan Islam sebagai ideologi negara. Kagak pake dilama-lamain lagi.
Mari berjuang sekarang juga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar